Selasa, 14 Januari 2014

KEDOKNUK

1. Instrumentasi Kedokteran Nuklir
a. Prinsip Pencitraan Kedokteran Nuklir
•         Menggunakan radioisotop sebagai sumber sinar gamma dengan energi 80-511 keV.
•         Radioisotop dimasukkan kedalam organ tubuh yang diperiksa (in vivo).
•         Organ tubuh memencarkan radiasi, detektor mencatat paparan diluar tubuh.
•         Radiasi diubah menjadi cahaya, cahaya diubah menjadi data digital, data digital direkonstruksi menjadi citra diagnostik.
b. Alur Pencitraan Kedokteran Nuklir
            Dalam prinsip pencintraan pada kedokteran nuklir ada beberapa alur-alur yang harus di ketahui. Berikut alur-alur untuk pencitraan pada kedokteran nuklir :
1)      Pembuatan jenis radiofarmaka sesuai dengan jenis pemeriksaan kedokteran nuklir yang akan di lakukan. Radiofarmaka adalah senyawa aktif yang dapat diberikan kepada pasien, merupakan sumber terbuka dan ikut metabolisme tubuh.
2)      Radiofarmaka yang sudah di siapkan tersebut lalu di suntikan melalui pembuluh darah pasien, jenis radiofarmaka yang dimasukan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan di lakukan pada kedokteran nuklir.
3)      Setelah disuntikan radiofarmaka melalui pembuluh darah pasien, maka radiofarmaka atau radiasi yang ada di dalam tubuh pasien pasti akan memancar sinar gamma atau radiasi gamma ke segala arah..
4)      Radiasi gamma atau sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien itu akan di tangkap oleh detektor pada pesawat gamma kamera, lalu akan di saring dengan kolimator, fungsi kolimator pada kedokteran nuklir ini adalah untuk menangkap radiasi gamma atau sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien, kolimator yang digunakan pada kedokteran nuklir ini harus di sesuaikan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, misalkan untuk pemeriksaan thyroid, maka kolimator yang digunakan adalah kolimator khusus pemeriksaan thyroid. Jadi, bila kolimator tidak sesuai untuk pemeriksaan yang dilakukan, maka gambaran kedokteran nuklir akan menjadi tidak jelas, atau bisa di sebut blur dan banyak noise.
5)      Sinar gamma atau radiasi gamma yang ditangkap oleh detektor ataupun kolimator maka akan di teruskan ke PHA, Kordinat x.y, logic sirkuit amplifikasi. PHA, Kordinat xy, dan logic sirkuit amplifikasi ini berguna untuk menentukan gambaran kedokteran nuklir, apakah gambaran itu bagus atau blur/jelek.
6)      Setelah melawati PHA, Kordinat xy dan logic sirkuit amplifikasi maka akan diteruskan melalui komputer untuk menampilkan gambaran kedokteran nuklir ataupun untuk pencatatan dan mencetak gambaran kedokteran nuklir.
c.. Unsur utama untuk menentukan perkembangan pemeriksaan kedokteran nuklir
            Ada beberapa faktor atau unsur utama yang sangat menentukan perkembangan pemeriksaan kedokteran nuklir dari awal penemuan kedokteran nuklir sampai pada zaman modern ini. Berikut unsur-unsur utama yang dianggap menentukan perkembangan pemeriksaan kedokteran nuklir, yaitu :
•         Jenis dan formula radiofarmaka
•         Instrumen penangkap dan pengubah foton
•         Komputer pengolah data dan kemampuan rekonstruksi citra
d.  Perkembangan kedokteran nuklir
            Dalam materi ini akan dijelaskan perkembangan kedokteran nuklir dari awal penemuan kedokteran nuklir hingga zaman modern seperti sekarang ini.
1.             Perkembangan dari gamma kamera menuju spect
            Berikut akan dijelaskan bagaimana perkembangan dari gamma kamera menjadi SPECT (Single photon energi computed tomography) :
•         Menggunakan radiofarmaka yang sejenis.
•         Perubahan/modifikasi pada instrumen penangkap radiasi (kolimator dan detektor).
•         Tujuannya untuk menangkap energi foton tunggal yang mewakili lapisan/potongan organ tertentu.
Selain itu akan kami tampilkan beberapa perbedaan radiofarmaka (energi) yang akan di gunakan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan :
ORGAN:         RADIOFARMAKA:    ENERGI:
SSP                99m Tc DTPA               140 keV
CSF               131 I RISA                     364 keV
Tulang            87m Sr                        388 keV
Paru              99m Tc MAA                140 keV
Liver         99m Tc sulfur coll             140 keV
GB            131 I Rosebengal           364 kev
           
 Berikut instrument-instrumen yang digunakan pada pesawat SPECT :
•         Kamera sinar gamma dikopel dengan gantry (head + gantry)
•         Dapat bergerak mengelilingi obyek, sebagaimana pada CT
•         Menggunakan colimator khusus untuk menangkap foton dari lapisan obyek tertentu
•         Konstruksi lobang-lobang colimator (colimator hole) dibuat supaya dapat menangkap foton yang terpancar dari kedalaman tertentu organ tertentu.
•         Apabila head bergerak (scanning) maka detektor akan menangkap foton-foton dari lapisan tertentu saja, yang dibutuhkan untuk penggambaran .

            Ada beberapa perkembangan yang begitu pesat pada head dan Kolimator di pesawat SPEC :
•         Single head, double head dan triple head
•         Rotasi dari 1800 sampai 3600
•         Gambaran : planar, bi-planar, multi planar dan cross-sectional

2.        Perkembangan dari SPECT menuju PET pada pemeriksaa kedokteran nuklir
            Berikut perkembangan spect menuju PET :
•         Foton gamma merupakan  radiasi annihilasi
•         Radionuklida C,N,O pemancar positron, diproduksi dengan cyclotron
•         Data koinsiden (detektor,sirkuit)
•         Konstruksi gantry dan detektor seperti pada CT scan  
•         Pencitraan : planar, crosssectional, coronal.
•         Reolusi gambar hampir sama dengan SPECT
•         Foton gamma      radiasi annihilasi
•         Radionuklida C,N,O pemancar positron, diproduksi dengan cyclotron
•         Data koinsiden (detektor,sirkuit)
•         Konstruksi gantry dan detektor seperti pada CT scan  
•         Pencitraan : planar, crosssectional, coronal.
•         Reolusi gambar hampir sama dengan SPECT

3.       Kelemahan pada pasien  untuk PET :
•         Elemen stabil C,N,O dijadikan radionuklida menggunakan cyclotron untuk menghasilkan positron.
•         Dimasukkan kedalam tubuh sehingga positron bertemu elektron menghasilkan radiasi annihilasi, enersinya kembar (0.51 MeV) arah berlawanan, keluar tubuh ditangkap oleh detektor koinsiden.






BAB III
PENATALAKSANAAN

Untuk pemeriksaan paru-paru di Kedokteran nuklir dibagi mnjadi 2  yaitu :
1.Perfusi Lung Scan
2.Ventilasi Lung Scan

Ø PERFUSI LUNG SCAN :
Perfusi lung scan yaitu metode pemeriksaan paru secara Kedokteran Nuklir dengan memberikan intra vena radiofarmaka yang mempunyai ukuran diameter 30 micron akan masuk ke pmbuluh darah paru sampai terhalang diterminal arteriol atau alveoli yang mempunyai diameter 7 micron.
-Radiofarmaka yang dipakai adalah Tc-99M MAA.
-MAA disuntikan akan menyebar ke seluruh pembuluh alveoli paru dan menyumbat serta menutup lapisan artivisial arterial paru.
·      Tidak ada persiapan khusus untuk pasien tapi dianjurkan untuk dilakukan foto x-ray.
·      Pemeriksaan dilakukan secara static.
·      Aktivitas dosis Tc-99M MAA 5 mCi disuntikan mlalui intravena
·      Posisi pasien supine kamera diletakkan disekitar thorax
·      Suntikan Tc-99M MAA
·      Pengambilan gambar dilakukan setelah gambaran paru-paru terlihat di monitor.
·      Foto diambil dari AP-PA,RAO-RPO,LAO-LPO,Rlat-Llat.

Ø VENTILASI LUNG SCAN :
·      Ventilasi Lung Scan dilakukan sebelum perfusi lung scan.
·      Radiofarmaka yang digunakan adalah Tc-99M DTPA + O2 (aerosol) diberikan melalui hisapan melalui mulut.
·      Sebaiknya pasien dalam keadaan duduk sehingga dapat menghisap radiofarmaka yang diberikan.
·      Pengambilan gambar yang dilakukan setelah pasien beberapa kali menghisap radiofarmaka sehingga terlihat adanya gambaran paru-paru.
·      Gambaran diambil dari posisi AP-PA,RAO-RPO,LAO-LPO,Rlat-Llat.

Ø Ada 2 kategori penyakit paru dalam klinik Kedokteran Nuklir :
Abnormal regional pulmonary blood flow :
1.    Perfusi abnormal, ventilasi normal ; menunjukan adanya indikasi emboli paru, kanker paru, kelainan vaskulerisasi paru.
2.    Perfusi normal, ventilasi abnormal ; menunjukan adanya indikasi cronic bronkhitis.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar